Pulau Clipperton, Kisah Tragis di Balik Pulau Terpencil yang Menjadi Rebutan Banyak Negara

Annisa A

Pulau Clipperton

Pulau Clipperton yang terpencil di Samudera Pasifik menyimpan sejarah kelam, kisah perebutan kekuasaan, dan tragedi mengerikan yang menjadikannya dikenal sebagai ‘Neraka di Surga’ meski memiliki potensi kekayaan laut yang melimpah.

Pulau Clipperton mungkin terdengar asing di telinga banyak orang, dan itu tidak mengherankan. Pulau kecil yang tidak berpenghuni ini memang jarang dibicarakan karena tidak memiliki daya tarik wisata yang istimewa.

Pulau Clipperton terletak di Samudera Pasifik bagian timur dengan luas hanya 8,9 km². Jika diukur dari Paris, jaraknya mencapai 10.677 km.

Pulau ini memiliki bentuk melingkar menyerupai cincin dengan laguna di tengahnya. Sayangnya, laguna tersebut tidak dapat menampung ikan karena airnya bersifat eutrofik, yaitu memiliki kandungan nitrogen, fosfor, dan mineral yang sangat tinggi.

Kondisi ini menjadikan Keindahan Pulau Clipperton sering dijuluki sebagai “Scab of an Island” atau “Pulau Borok”, karena lingkungan yang keras dan tidak bersahabat.

Pulau ini hanya ditumbuhi tanaman merambat dan pohon kelapa. Penghuni tetapnya hanyalah kepiting oranye dan burung laut yang memenuhi sebagian besar area pulau.

Pulau Clipperton: Rebutan Negara-Negara Besar

Meski tandus dan tidak menarik, Pulau Clipperton justru pernah menjadi rebutan beberapa negara besar seperti Meksiko, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat.

Alasannya? Pulau ini memiliki posisi strategis untuk jalur pelayaran serta kaya akan guano — kotoran burung laut yang mengandung fosfat tinggi dan digunakan sebagai pupuk bernilai tinggi pada masa itu.

Pada musim hujan, bau amonia yang menyengat sering muncul akibat tumpukan guano yang memenuhi kawasan atol ini.

Baca Juga:  10 Tempat Wisata di Manado yang Wajib Dikunjungi

Pulau Clipperton pertama kali ditemukan pada tahun 1520 oleh penjelajah Portugis bernama Ferdinand Magellan. Kemudian, pada tahun 1711, Prancis menemukan dan mengklaim pulau ini sebagai bagian dari wilayahnya.

Namun, pada tahun 1821, Meksiko merebut Pulau Clipperton, hanya untuk kemudian diklaim kembali oleh Prancis pada masa pemerintahan Napoleon III. Tak berhenti di situ, Amerika Serikat juga mengajukan klaim atas pulau ini pada tahun 1892 dengan dasar Undang-Undang Kepulauan Guano.

Saat itu, guano dianggap sebagai pupuk yang sangat berharga, membuat Pulau Clipperton menjadi rebutan negara-negara besar.

Clipperton di Masa Kini: Wilayah Terpencil Milik Prancis

Setelah bertahun-tahun diperebutkan, Pulau Clipperton akhirnya resmi menjadi wilayah luar negeri milik Prancis.

Walaupun kini tidak memiliki nilai ekonomi yang besar, keberadaan Pulau Clipperton memberikan Prancis hak atas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 425.000 km².

Wilayah ini setara dengan luas Paraguay dan mencakup salah satu kawasan perikanan terkaya di dunia, terutama sebagai lokasi penangkapan tuna yang melimpah.

Menariknya, Prancis justru mengizinkan kapal penangkap ikan asal Meksiko beroperasi di wilayah tersebut melalui perjanjian khusus.

Pulau Clipperton: Kisah Tragis ‘Neraka di Surga’

Meski kini tidak berpenghuni, Pulau Clipperton pernah menjadi rumah bagi sekelompok orang yang bergantung pada pasokan makanan dari kapal-kapal Meksiko.

Kala itu, kapal-kapal ini rutin datang membawa makanan dan kebutuhan hidup, menjadikan pulau ini terasa seperti ‘surga’ bagi para penghuninya.

Baca Juga:  Indahnya Pantai Santolo, Pantai Pasir Putih yang Menakjubkan di Garut

Namun, pada awal abad ke-20, Meksiko mengalami gejolak politik yang menyebabkan pengiriman pasokan makanan ke Pulau Clipperton terhenti.

Situasi ini mengakibatkan kondisi penduduk memburuk. Pemimpin mereka, Kapten Arnaud, berusaha menyelamatkan warganya dengan mengirimkan satu butir kelapa setiap minggu untuk para wanita dan anak-anak.

Untuk bertahan hidup, penduduk mulai berburu burung laut dan menangkap kepiting. Sayangnya, banyak dari mereka yang akhirnya jatuh sakit akibat kekurangan gizi dan vitamin.

Dua Versi Tragedi Kapten Arnaud

Ada dua versi cerita yang beredar tentang nasib Kapten Arnaud dan para pengikutnya:

Versi pertama menyebutkan bahwa Arnaud melihat kapal melintas di kejauhan dan mencoba mendayung bersama beberapa penduduk untuk menghampiri kapal tersebut. Namun, perahu yang mereka naiki terbalik, membuat Arnaud dan para penduduk tenggelam.

Versi kedua mengisahkan bahwa Arnaud dan beberapa penduduk mencoba mendayung menuju kapal yang tampak di kejauhan. Namun, arus laut yang kuat membuat perahu mereka menabrak karang, menewaskan semua penumpangnya.

Kisah Tragis Victoriano Alvarez: ‘Raja Kejam’ Pulau Clipperton

Setelah tragedi yang menewaskan Kapten Arnaud, hanya tersisa 15 wanita dan seorang pria bernama Victoriano Alvarez, yang merupakan penjaga mercusuar di Pulau Clipperton.

Alih-alih melindungi mereka, Alvarez justru mengangkat dirinya sebagai ‘raja’ di pulau tersebut.

Dengan kejam, ia memerintah para wanita, memaksa mereka menjadi budak nafsunya, serta melakukan tindakan kekerasan yang mengerikan.

Kekuasaan Alvarez berakhir pada tahun 1917, ketika salah satu wanita yang tersisa berani melawannya dan membunuh sang tiran.

Baca Juga:  Telaga Warna Bogor, Wisata Alam dengan Danau Berwarna-warni yang Memikat Hati Pengunjung

Penyelamatan yang Menggemparkan Dunia

Tak lama setelah kematian Alvarez, sebuah kapal Amerika berlabuh di Pulau Clipperton dan menemukan para penyintas dalam kondisi mengenaskan: kurus kering, lemah, dan kekurangan gizi.

Meski kondisi mereka menyedihkan, kebahagiaan terlihat jelas karena akhirnya mereka terbebas dari masa-masa kelam di pulau tersebut.

Clipperton Pasca Perang Dunia II

Saat Perang Dunia II berlangsung, Amerika Serikat sempat mendirikan pangkalan militer dan pusat pemantauan cuaca di Pulau Clipperton pada tahun 1944.

Namun, setelah perang berakhir, pulau ini kembali kosong tanpa penghuni dan dibiarkan terbengkalai hingga kini.

Pulau Clipperton Saat Ini

Kini, Pulau Clipperton dikenal sebagai salah satu wilayah paling terpencil di dunia. Tanpa perawatan yang memadai, lingkungan pulau ini terus memburuk akibat pencemaran dan kerusakan ekosistem.

Meskipun tidak lagi berpenghuni, cerita tragis yang pernah terjadi di pulau ini terus diceritakan dari generasi ke generasi sebagai pelajaran berharga.

Pelajaran Berharga dari Pulau Clipperton

Pulau Clipperton membuktikan bagaimana keserakahan dan perebutan kekuasaan dapat membawa penderitaan yang mendalam.

Pulau ini mengingatkan kita bahwa di balik panorama laut yang indah dan langit yang biru, bisa tersembunyi kisah kelam yang menggugah hati.

Sejarah Keindahan Pulau Mauritius mengajarkan bahwa kemanusiaan dan rasa peduli terhadap sesama adalah hal yang jauh lebih berharga dibandingkan kekayaan materi yang fana.

Avatar photo

Annisa A

Annisa A adalah seorang penulis dan analis bisnis dengan fokus pada startup, teknologi, dan inovasi dalam investasi. Ia terus menerus mengeksplorasi perkembangan terbaru di dunia bisnis dan investasi, memberikan insight yang berharga bagi pembaca yang ingin mengikuti perkembangan zaman.

Tags

Share:

Artikel Terkait